Lebih asik membaca sambil putar juga Lagu FTBI Wanaraja
Puluhan pelajar sekolah dasar di Kecamatan Wanaraja menunjukkan antusiasme tinggi dalam mengikuti Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) yang digelar pada hari Sabtu, 10 Agustus 2024, di SDN Wanajaya 1. Acara ini menjadi momen berharga bagi anak-anak untuk menampilkan keterampilan dan kemampuan mereka dalam menggunakan bahasa daerah, khususnya bahasa Sunda. Kegiatan ini tidak hanya meningkatkan kemampuan berbahasa tetapi juga memperkuat identitas budaya lokal yang kaya.
Para peserta berasal dari berbagai sekolah dasar yang tersebar di wilayah Kecamatan Wanaraja, termasuk 30 sekolah dasar negeri dan satu sekolah dasar swasta. Dengan demikian, festival ini berhasil mencakup beragam latar belakang dan memberikan kesempatan yang merata bagi semua murid untuk berpartisipasi.
Antusiasme yang tinggi menggambarkan betapa pentingnya peran festival ini dalam memperkenalkan dan melestarikan bahasa Sunda di kalangan generasi muda. Melalui partisipasi aktif dalam FTBI, anak-anak tidak hanya belajar lebih mendalam tentang bahasa Sunda, namun mereka juga belajar menghargai nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Festival ini, pada akhirnya, menjadi medium efektif untuk mendukung pelestarian bahasa dan budaya lokal di Kecamatan Wanaraja.
Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) di Kecamatan Wanaraja menjadi momen penting dalam upaya melestarikan bahasa dan budaya Sunda melalui berbagai macam perlombaan. Diadakan dengan meriah dan penuh antusiasme, festival ini memperlombakan enam kategori, yaitu sajak, ngadogeng, biantara (pidato), pupuh, borangan (stand-up comedy dalam bahasa Sunda), dan aksara Sunda. Seluruh kategori lomba memberikan ruang yang luas bagi para peserta untuk menonjolkan kemampuan berbahasa mereka.
Kategori sajak menjadi ajang bagi para peserta, terutama siswa sekolah dasar, untuk mengekspresikan perasaan dan ide-ide mereka dalam bentuk puisi berbahasa Sunda. Sementara itu, ngadogeng, atau seni bercerita, mendorong peserta untuk mengasah keterampilan naratif dan improvisasi dalam menyampaikan cerita-cerita tradisional atau kontemporer menggunakan bahasa ibu mereka.
Perlombaan berikutnya, biantara atau pidato, mengharuskan para peserta untuk menyampaikan pidato yang memiliki struktur yang baik, serta menyertakan argumen yang jelas dan komprehensif. Melalui kategori ini, peserta diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berbicara di depan umum dengan menggunakan bahasa Sunda secara baik dan benar. Selain itu, pupuh, yang merupakan seni menyanyikan syair-syair Sunda, memerlukan pemahaman mendalam terhadap irama dan makna lirik.
Di kategori borangan, sebuah kategori unik, peserta menampilkan kemampuan humoristik mereka dalam format stand-up comedy menggunakan bahasa Sunda. Tidak lupa, kategori aksara Sunda menyediakan platform bagi para peserta untuk menunjukkan keterampilan dalam menulis serta membaca huruf-huruf khas bahasa Sunda, yang menjadi salah satu ciri budaya penting.
Sebanyak 55 peserta dari berbagai sekolah dasar ikut ambil bagian dalam FTBI ini. Partisipasi mereka mencerminkan semangat dan kemampuan dalam menjaga serta mempromosikan bahasa Sunda di kalangan generasi muda. Melalui berbagai kategori lomba ini, FTBI berupaya memanfaatkan potensi komunikasi dan ekspresi yang variatif untuk melestarikan kekayaan kebudayaan Sunda di Kecamatan Wanaraja.
Kada Mugianto, yang menjabat sebagai Koordinator Wilayah (Korwil) Pendidikan Kecamatan Wanaraja, menyampaikan bahwa Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) merupakan agenda tahunan yang diadakan oleh dinas pendidikan kecamatan. Menurut beliau, kegiatan ini menjadi bagian penting dari upaya strategis untuk menjaga keberlangsungan dan keaslian bahasa Sunda di wilayah tersebut. Beliau juga menekankan bahwa FTBI tidak hanya menjadi ajang untuk berkumpulnya berbagai elemen masyarakat, tetapi juga sebagai bentuk persiapan untuk mengikuti perlombaan FTBI tingkat kabupaten yang direncanakan berlangsung pada 28 Agustus 2024. Persiapan ini mencakup berbagai aspek, mulai dari kompetisi hingga perencanaan kegiatan yang mendukung wawasan dan keterampilan berbahasa Sunda. Lebih lanjut, Kada Mugianto menambahkan bahwa festival ini bertujuan utama untuk merevitalisasi dan melestarikan bahasa daerah dengan menyalurkan pengetahuan bahasa Sunda kepada generasi muda. Beliau berkeyakinan bahwa melalui kegiatan seperti ini, kecintaan dan kebanggaan terhadap bahasa Sunda akan semakin melekat di hati para peserta, khususnya kalangan pelajar. Menurut Kada, keberhasilan festival ini sangat tergantung pada partisipasi aktif dari semua pihak, mulai dari siswa, guru, hingga masyarakat umum. Dengan demikian, komunitas bahasa Sunda dapat menyatu dalam upaya kolektif untuk mempertahankan warisan budaya yang kaya ini. Dengan festival tahunan seperti FTBI, target jangka panjang yang diusung adalah terwujudnya masyarakat yang tidak hanya fasih berbahasa Sunda, tetapi juga memahami dan menjaga nilai-nilai budaya di balik bahasa tersebut. Ini diharapkan dapat menjadi langkah konkret dalam melestarikan keberagaman linguistik di Kecamatan Wanaraja secara berkesinambungan.
Dewi Ranti Menasari, S.Pd., M.M., Kepala Sekolah SDIT Uwais Al Qorni Garut, menyampaikan rasa bangganya melihat antusiasme para pelajar dalam mengikuti Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI). Menurut Dewi, kegiatan ini tidak hanya menyoroti kemampuan berbahasa Sunda para peserta, tetapi juga memperkuat rasa cinta dan penghargaan terhadap bahasa dan budaya daerah. Dengan adanya festival ini, para siswa diajak untuk lebih mendalami dan memahami kekayaan bahasa Sunda, sehingga warisan budaya ini tidak tersisih oleh perkembangan zaman.
SDIT Uwais Al Qorni meraih berbagai prestasi dalam festival ini, mencerminkan komitmen sekolah dalam mengembangkan potensi siswa di bidang kebahasaan dan budaya. Berbagai kategori lomba yang diikuti oleh pelajar dari sekolah ini menghasilkan beberapa juara, menunjukkan dedikasi dan kerja keras mereka. Prestasi tersebut tidak hanya menjadi kebanggaan sekolah, tetapi juga memicu semangat dan motivasi di kalangan pelajar lain untuk terus mengembangkan kecakapan mereka dalam bahasa Sunda.
Dewi juga menekankan pentingnya kegiatan seperti FTBI dalam membangun karakter generasi muda yang menghargai warisan budaya mereka. Menurutnya, pendidikan tidak hanya terbatas pada pelajaran akademis semata, tetapi juga mencakup pengembangan aspek-aspek budaya dan moral. Partisipasi aktif para pelajar di acara ini membuktikan bahwa mereka memiliki semangat yang tinggi dalam melestarikan budaya lokal.
Kegiatan semacam ini memberikan harapan bahwa warisan budaya Sunda akan terus hidup dan berkembang di masa depan. Dengan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pihak sekolah dan masyarakat, Dewi optimis bahwa semakin banyak generasi muda yang akan termotivasi untuk menjaga dan melestarikan bahasa serta budaya Sunda. Secara keseluruhan, prestasi dan antusiasme yang ditunjukkan oleh pelajar SDIT Uwais Al Qorni Garut dalam FTBI menunjukkan betapa pentingnya peran pendidikan dalam melestarikan budaya daerah.
Tinggalkan Komentar